Pagi itu aku harus berangkat ke kota untuk menunaikan tugasku. Biasanya aku naik motor tetapi motor di bawa suami jadi aku marus naik kendaraan umum.
Pukul 04.15 WIB aku berangkat ke tempat kendaraan biasa parkir 1 km dari tempat tinggalku di temani oleh ibuku. Berjalan kaki dengan penuh semangat, ibuku sudah setengah baya tapi beliau sangat gesit, sampai-sampai aku ga kuat ngimbangi cara jalan ibukku (maklum sudah lama ga jalan jauh)
Sesampainya ditempat parkir aku mencium tangan ibukku pamit seraya berkata "Kulo bidal buk assalamualaikum" ibuku menjawab "Iyo nduk ati-ati, waalaikumsalam"
Aku tinggalkan ibuku tidak tega rasanya meninggalkan ibuk sendiri di rumah karena bapak sedang pergi bertugas di luar kota. Tapi apa di kata liburan telah usai kau harus menunaikan kewajibanku mengajar di kota.
Ketika ku langkahkan ke tempat mobil parkir, tampak mobil warna hijau yang telah tua. Aku terhenyak sekilas ingatanku melayang di masa-masa aku sekolah dulu mobil inilah yang selalu aku naiki ketika harus bersekolah dikota. Tak terasa sudah 6 tahun aku tidak naik mobil itu dan tidak ada perubahan semua sama.
Sang sopir ternyata masih mengenaliku "Wah mbak dangu mboten kepanggih sameniko sampun ngasto wonten pundi?" (wa mbak sudah lama tidak bertemu sekarang bekerja dimana) dan aku pun menjawab " Nggih pak kulo saminiko mucal wonten Nggalek, wonten STM" (Iya pak saya sekarang mengajar di Trenggalek di STM"
Dan akhirnya selama perjalanan kami pun mengobrol. Sesaat aku tengok ke jok belakang sepi...hanya ada dua penumpang yang tertidur. Aku pun bertanya (dalam bahasa jawa) "Pak sekarang kok sepi?"
"Iya mbak tidak sama seperti mbak sekolah dulu"
Sesaat bayangan 6 tahun silam muncul di jok itu pasti telah ramai dengan canda tawa teman-temanku. Berebut dapat tempat duduk yang nyaman kadang-kadang berebut untuk cari tempat duduk yang jauh dari kambing (karena kadang-kadang pak sopir bawa penjual kambing di kota)
"Sekarang anak-anak sekolah pada bawa motor sendiri sendiri mbak, setiap hari ya gini saya PP 4 sampai 5 kali dan penumpang jarang penuh" katanya seraya menghembuskan napas begitu berat. Ada raut kesedihan dalam wajah setengah bayanya.
Aku mengalihkan pembicaraanku "Anak bapak sekarang sekolah dimana pak?"
Raut wajah itu mendadak bersinar dan diapun bercerita
"Anak saya sekolah dimalang mbak di universitas negeri, kepingin jadi guru"
Aku sempat terkejut, perasaan dalam hatiku sungguh tak terlukiskan. Dari desaku...anak seorang sopir bisa sekolah di luar kota di universitas negri lagi...bener-bener membuatku bangga. Dulu ketika jamannya aku bersekolah dari desaku hanya anak dari orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan saja yang bisa melanjutkan sekolahnya sampai perguruan tinggi.
Dengan semangat akupun bertanya banyak tentang anak bapak tersebut, dari obrolan kami baru aku tau ternyata memang anak itu pandai dan memiliki semangat bersekolah yang tinggi. Dia berhasil masuk di sekolah SMA favorit di kota kami yang seleksinya begitu ketat, kemudian dia pun lolos SPMB atau ujian masuk universitas negeri di kota malang dan menjadi mahasiswa reguler disana. Luar biasa.
Ada beberapa kata yang membuatku sempat meneteskan air mata haru dari pak sopir itu
"Anak saya bisa kuliah mbak saya bersyukur sekali, kemauan anak saya sangat kuat dulu saya berfikir apa saya mampu menyekolahkannya sampai selesai, tapi saya coba mbak meskipun setiap hari saya harus mengumpulkan uang receh, limaratusan,seribuan tiap hari dari penumpang sekarang sangat sedikit, harus bersaing dengan para sopir lain, tapi semua saya jalani mbak, demi anak saya semoga anak saya kelak bisa
njunjung duwur wong tuane"(berbakti pada orang tua)
kata-kata itu membuat airmataku jatuh....begitulah tekad dari orang tua yang ingin melihat anaknya berhasil. Dia rela bekerja di jalanan tipa hari, mengumpulkan uang receh, dikumpulkan, dihitung lalu setelah terkumpul dikirimkan ke rekening anakny.
Sebagai seorang anak sudah sepantasnya berbakti pada orang tua. Kadang kita lupa kita berkata kasar, membentak dan menangis jika keinginan kita tidak dituruti orang tua.....
padahal orang tua bercucuran keringat untuk demi mendapatkan uang yang kalau kita belikan minuman hanya dapat satu kaleng. Tapi mereka terus mengumpulkan dan terus mengumpulkan sampai uang tersebut cukup dan dapat kita belikan Hp, Baju-baju mahal, bahkan kita gunakan untuk makan-makan dengan teman di kantin.
Ya Allah....ampuni kami....
Semoga dengan membaca ini teman-teman semakin menyayangi dan mencintai orang tua kita, yang tak lelah memberikan apa yang kita mau.
Obrolan kami terus berlanjut. Tak terasa aku pun telah samapi pada tujuanku. Begitu banyak hikmah yang aku ambil dari obrolan kami membuatku tersadar dan merasa semakin menyayangi orang tuaku. I LOVE U MOM I LOVE U DAD.